Sep 09
Posted by: Prof. Mukono UNAIR
GAS CARBON MONOKSIDA
(CO)
Efek terhadap Kesehatan dan Lingkungan
Terhadap kesehatan, gas CO merupakan gas yang berbahaya untuk tubuh karena daya
ikat gas CO terhadap Hb adalah 240 kali dari daya ikat CO terhadap O2. Apabila
gas CO darah (HbCO) cukup tinggi, maka akan mulai terjadi gejala antara lain
pusing kepala (HbCO 10%), mual dan sesak nafas (HbCO 20%), gangguan penglihatan
dan konsentrasi menurun (HbCO 30%) tidak sadar, koma (HbCO 40-50%) dan apabila
berlanjut akan dapat menyebabkan kematian. Pada paparan menahun akan
menunjukkan gejala gangguan syaraf, infark otak, infark jantung dan kematian
bayi dalam kandungan. Gas CO yang tinggi di dalam darah dapat berasal dari
rokok dan asap dari kendaraan bermotor.Terhadap lingkungan udara dalam ruangan,
gas CO dapat pula merupakan gas yang menyebabkan building associated illnesses,
dengan keluhan berupa nyeri kepala, mual, dan muntah.
GAS SULFUR DIOKSIDA (SO2)
Secara garis besar efek terhadap kesehatan , akan mengganggu alat pernafasan
dan mata.Terhadap alat pernafasan, terjadi iritasi selaput lendir saluran
pernafasan dan pada kadar 8-12 ppm dapat menyebabkan batuk dan
kesukaran bernafas. Pada paparan kronis terhadap saluran pernafasan dapat
menyebabkan terjadinya bronchitis, chronic obstructive pulmonary disease (COPD)
dan edema paru. Sedangkan efek terhadap mata adalah iritasi mata yang bisa
menyebabkan keluarnya air mata dan mata menjadi memerah dan terasa pedas.
Efek terhadap lingkungan dapat dilihat pada atmosfer. Apabila kadar di atmosfer
cukup tinggi dan ada hujan maka kemungkinan akan terjadi hujan asam yang
bersifat lokal. Pada kondisi kelembaban udara tinggi maka gas SO2 akan bersifat
korosive terhadap cat gedung.
GAS NITROGEN DIOKSIDA
(NO2) DAN OZONE (O3)
Kedua gas tersebut bersifat iritan dan efek negatipnya mirip dengan gas SO2,
yaitu iritasi terhadap selaput lendir alat pernafasan, mata dan dapat iritasi
kulit. Gas NO2 merupakan suatu gas oksidan eksogen yang apabila masuk kedalam
tubuh manusia akan dapat menimbulkan oksidan indogen.
GAS HIDROCARBON (HC).
Gas tersebut mempunyai sifat garcinogenic yaitu dapat memicu terjadinya kanker
terutama kanker darah.
BAHAN PENCEMAR
PARTIKEL LAINNYA ADALAH:
Merupakan hasil atrisi (gesekan) dari bahan karet dan asbes, dengan demikian
akan menghasilkan: Partikel karet dan Partikel asbes dan keduanya mempunyai
sifat carcinogenic.
DAMPAK PENCEMAR LOGAM BERAT Pb, Hg dan Cd TERHADAP KESEHATAN.
1.Dampak Terhadap
Manusia Akibat Tercemar oleh Logam Berat
Timbal (Pb).
Menurut ketentuan WHO, kadar Pb dalam darah manusia yang tidak terpapar oleh Pb
adalah sekitar 10-25 ug/100 ml. Pada penelitian yang dilakukan di industri
proses daur ulang aki bekas, Suwandi (1995) menemukan bahwa kadar Pb udara di
daerah terpapar pada malam hari besarnya sepuluh kali lipat kadar Pb di daerah
tidak terpapar pada malan hari (0,0299 mg/m3 vs 0,0028 mg/m3), sedangkan
rerata kadar Pb Blood ( Pb-B ) di daerah terpapar 170,44 ug/100 ml dan di
daerah tidak terpapar sebesar 45,43 ug/100 ml. Juga ditemukan bahwa semakin
tinggi kadar Pb-B, semakin rendah kadar Hb nya.
Pada penelitian mengenai kadar Pb di udara ambien dan hubungan antara kadar
Pb-B dengan IQ anak sekolah, Susanto (1997) menemukan bahwa kadar Pb udara
ambien di daerah penelitian sebesar 0,00103 mg/m3, masih dibawah nilai baku
mutu yang besarnya 0,060 mg/m3. Didapatkan pula bahwa kadar Pb-B anak SD di
kawasan tertib lalu-lintas (sekitar 39,73 ug/100 ml) lebih tinggi dari kadar
Pb-B di luar kawasan tertib lalu lintas (16,30 ug/100 ml). Tidak di temukan pula
perbedaan yang bermakna antara IQ anak sekolah SD di kawasan tertib lalu
lintas dan di luar kawasan tertib lalu lintas. Mukono
dkk. yang pada tahun 1991 meneliti status kesehatan dan kadar Pb-B karyawan
SPBU (Setasiun Pompa Bensin Umum) di Jawa Timur, menemukan bahwa pemeriksaan
darah lengkap pada karyawan SPBU dengan penjualan bensin kurang dari 8 ribu
liter lebih baik dari karyawan SPBU yang menjual bensin lebih dari 10 ribu
liter per hari. Didapatkan pula bahwa rerata kadar Pb-B karyawan SPBU sebesar
77,59 ug/100 ml.
Paparan bahan tercemar Pb dapat menyebabkan gangguan pada organ sebagai berikut
:
Gangguan pada sistem syaraf.
Susunan syaraf merupakan jaringan yang sangat peka terhadap bahan pencemar Pb.
Gangguan neurologi (susunan syaraf) akibat tercemar oleh Pb dapat berupa
encephalopathy, ataxia, stupor dan coma. Pada anak-anak dapat menimbulkan
kejang tubuh dan neuropathy perifer.
Gangguan pada sistem urogenetal .
Bahan pencemar Pb dapat menyebabkan tidak berfungsinya tubulus renal,
nephropati irreversible, sclerosis vaskuler, sel tubulus atropi, fibrosis dan
sclerosis glumerolus. Akibatnya dapat menimbulkan aminoaciduria dan glukosuria,
dan jika paparannya terus berlanjut dapat terjadi nefritis kronis.
.
Gangguan pada sistem reproduksi
Sistem reproduksi dapat pula terganggu fungsinya akibat terpapar oleh logam
berat Pb. Gangguan terhadap sistem reproduksi dapat berupa keguguran, kesakitan
dan kematian janin. Logam berat Pb mempunyai efek racun terhadap gamet dan
dapat menyebabkan cacat kromosom. Anak-anak sangat peka terhadap paparan Pb di
udara. Paparan Pb dengan kadar yang rendah yang berlangsung cukup lama
dapat menurunkan IQ .
Gangguan pada sistem
hemopoitik.
Unsur hemopoitik yang peka terhadap paparan Pb adalah hemoglobin yang
menyebabkan terjadinya anemia. Efek paparan Pb tersebut menyebabkan
terjadinya terjadinya penurunan sintesis globin walaupun tak tampak adanya
penurunan kadar zat besi dalam serum. Anemia ringan yang terjadi disertai
dengan sedikit peningkatan kadar ALA (Amino Levulinic Acid) urine. Pada anak –
anak juga terjadi peningkatan ALA dalam darah. Efek dominan dari keracunan Pb
pada sistem hemopoitik adalah peningkatan ekskresi ALA dan CP
(Coproporphyrine). Dapat dikatakan bahwa gejala anemia merupakan gejala dini
dari keracunan Pb pada manusia. Anemia tidak terjadi pada karyawan industri
dengan kadar Pb-B (kadar Pb dalam darah) dibawah 110 ug/100 ml.
Gangguan pada sistem
syaraf.
Anak –anak lebih peka terhadap paparan Pb, utamanya organ otak lebih
sensitif pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa. Paparan menahun dengan
Pb dapat menyebabkan lead encephalopathy. Gambaran klinis yang timbul
adalah rasa malas, gampang tersinggung, sakit kepala, tremor, halusinasi,
gampang lupa, sukar konsentrasi dan menurunnya kecerdasan.
Pada anak dengan kadar Pb darah (Pb-B) sebesar 40-80 ug/100 ml dapat timbul
gejala gangguan hematologis, namun belum tampak adanya gejala lead
encephalopathy. Gejala yang timbul pada lead encephalopathy antara lain adalah
rasa cangung, mudah tersinggung, dan penurunan pembentukan konsep. Apabila pada
masa bayi sudah mulai terpapar oleh Pb, maka pengaruhnya pada profil psikologis
dan penampilan pendidikannya akan tampak pada umur sekitar 5-15 tahun. Akan
timbul gejala tidak spesifik berupa hiperaktifitas atau gangguan psikologis
jika terpapar Pb pada anak berusi 21 bulan sampai 18 tahun.
Untuk melihat hubungan antara kadar Pb-B dengan IQ (Intelegance Quation) telah
dilakukan penelitian pada anak berusia 3 sampai 15 tahun dengan kondisi sosial
ekonomi dan etnis yang sama. Pada sampel dengan kadar Pb-B sebesar 40-60 ug/ml
ternyata mempunyai IQ lebih rendah apabila dibandingkan dengan sampel yang
kadar Pb-B kurang dari 40 ug/ml. Pada dewasa muda yang berumur sekitar 17 tahun
tidak tampak adanya hubungan antara Pb-B dan IQ.
Gambaran klinis akibat keracunan Pb terhadap gangguan syaraf perifer dapat
berupa semutan dan kulit terasa tebal. Keracunan kronis Pb akan meningkatkan
kematian yang disebabkan oleh kelainan cerebro vasculer. Efek keracunan timbal
(Pb) terhadap saluran pencernaan berupa abdominal colic. Efek negatif terhadap
liver adalah meningkatnya enzym SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase).
Masyarakat dapat terpapar oleh Pb melalui pencemaran udara, air dan tanah
serta dapat pula masuk kedalam tubuh melalui makanan/minuman, obat-obatan,
rokok dan terpapar oleh cat. Paparan kronis oleh Pb dapat menyebabkan
tertimbunnya Pb dalam organ atau jaringan dan cairan tubuh. Dalam keadaan ini
dapat terdeteksi adanya Pb dalam urine, feces, keringat ,rambut dan kuku.
Logam berat Pb yang terdeteksi dalam darah merupakan indikator penting akibat
paparan dan seberapa jauh akibat/efek yang ditimbulkan. Paparan oleh Pb yang
cukup tinggi di industri dapat memberikan gangguan cerebrovaskular seperti
perdarahan otak, trombosis, dan arterio sclerosis.. Karyawan industri dengan
masa kerja 20 tahun dan terpapar timbal dengan kadar yang cukup tinggi
menunjukkan kadar timbal dalam urine sebanyak 100 - 250 ug/liter. Pada pria
yang bekerja selama 15 tahun pada pabrik aki dan pengecoran Pb yang kadar Pb
udaranya melebihi 0,15 ug/m3 dapat timbul hipertensi.
Implikasi klinik akibat tercemar oleh Pb dapat ditunjukan oleh hubungan antara
dosis-efek dan dosis-respon. Hubungan antara dosis-efek ditunjukkan oleh
besarnya dosis dengan intensitas yang spesifik pada seseorang. Sebagai contoh
adalah bagaimana hubungan antara Pb-B (kadar Pb di dalam darah) dengan
persentasi inhibisi dari ALAD (Amino Levulinic Acid Dehydratase) dalam darah.
Sedangkan hubungan dosis-respon ditunjukkan oleh hubungan antara dosis paparan
dengan proporsi populasi penduduk yang terkena efek paparan.
2. Dampak Terhadap
Manusia Akibat Tercemar oleh Logam Berat
Merkuri (Hg).
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa keracunan metil dan etil merkuri
sebagian besar di sebabkan oleh konsumsi ikan yang di peroleh dari daerah
tercemar atau makanan yang berbahan baku tumbuhan yang disemprot dengan
pestisida jenis fungisida alkil merkuri. Pada tahun 1968 Katsuna melaporkan
adanya epidemi keracunan Hg di Teluk Minamata, dan pada tahun 1967 terjadi
pencemaran Hg di sungai Agano di Nigata. Pada saat terjadi epidemi, kadar Hg
pada ikan di Teluk Minamata sebesar 11 ug/kg berat basah dan di sungai Agano
sebesar 10 ug/kg berat basah.
Kejadian di Irak pada tahun 1971-1972 terjadi keracunan alkil merkuri akibat
mengkonsumsi gandum yang disemprot dengan alkil merkuri yang menyebabkan 500
orang meninggal dunia dan 6000 orang masuk rumah sakit.
Penelitian Eto (1999), menyimpulkan bahwa efek keracunan Hg tergantung dari
kepekaan individu dan faktor genetik. Individu yang peka terhadap keracunan Hg
adalah anak dalam kandungan (prenatal), bayi, anak-anak, dan orang tua.
Gejala yang timbul akibat keracunan Hg dapat merupakan gangguan psikologik
berupa rasa cemas dan kadang timbul sifat agresi.
Berdasarkan temuan Diner dan Brenner (1998) serta Frackelton dan Christensen
(1998) dikatakan bahwa diagnose klinis keracunan Hg tidaklah mudah dan sering
dikaburkan dengan diagnose kelainan psikiatrik dan autisme. Kesukaran diagnose
tersebut disebabkan oleh karena panjangnya periode laten dari mulai terpapar
sampai timbulnya gejala dan tidak jelasnya bentuk gejala yang timbul, yang
mirip dengan kelainan psikiatrik.
Diagnose keracunan Hg
dengan pemeriksaan urine, darah, kuku dan rambut
Keracunan Hg yang sering disebut sebagai mercurialism banyak ditemukan di
negara maju, misalnya Mad Hatter’s Disease yang merupakan suatu outbreak
keracunan Hg yang diderita oleh karyawan di Alice Wonderland, Minamata Disease
yang merupakan suatu outbreak keracunan Hg pada penduduk makan ikan yang
terkontaminasi oleh Hg
di Minamata Jepang, dan kejadian ini dikenal sebagai Minamata Disease. Penyakit
lain yang disebabkan oleh keracunan Hg adalah Pink Disease yang terjadi di
Guatemala dan Rusia yang merupakan outbreak keracunan Hg akibat
mengkonsumsi padi-padian yang terkontaminasi oleh Hg.
Kadar Hg di udara ambien daerah yang tidak tercemar oleh Hg berkisar antara
20-50 ng/m3. Dengan kadar Hg udara ambien sebesar 50 ng/m3, dalam waktu tiga
hari banyaknya Hg yang terhisap oleh paru sebesar 1 µg/hari. Gejala klinis yang
timbul, tergantung pada banyaknya Hg yang masuk ke dalam tubuh, mulai dari
gejala yang paling ringan yaitu parestesia sampai gejala yang lebih berat yaitu
ataxia, dysarthria bahkan dapat menyebabkan kematian. Paparan oleh Hg (biasanya
berupa metil merkuri) pada saat prenatal akan nampak setelah bayi lahir yang
dapat berupa cerebral palsy maupun retardasi mental. Keracunan ini dapat
terjadi jika pada ibu hamil yang mengkonsumsi daging binatang yang diberi pakan
padi-padian yang disemprot fungisida yang mengandung metil merkuri.
Keracunan Hg yang akut dapat menyebabkan terjadinya kerusakan saluran
pencernaan, gangguan kardiovasculer, kegagalan ginjal akut maupun shock. Pada
pemeriksaan laboratorium tampak terjadinya denaturasi protein enzim yang tidak
aktif dan kerusakan membran sel.
Metil maupun etil merkuri merupakan racun yang dapat mengganggu susunan syaraf
pusat (serebrum dan serebellum) maupun syaraf perifer. Kelainan syaraf perifer
dapat berupa parastesia, hilangnya rasa pada anggota gerak dan sekitar
mulut serta dapat pula terjadi menyempitnya lapangan pandang dan berkurangnya
pendengaran. Keracunan merkuri dapat pula berpengaruh terhadap fungsi ginjal
yaitu terjadinya proteinuria. Pada karyawan yang terpapar kronis oleh fenil dan
alkil merkuri dapat timbul dermatitis. Selain mempunyai efek pada susunan
syaraf, Hg juga dapat menyebabkan kelainan psikiatri berupa insomnia, nervus,
kepala pusing, gampang lupa, tremor dan depresi.
Pada dasarnya besarnya risiko akibat terpapar oleh Hg, tergantung dari sumber
Hg di lingkungan, tingkat paparan, teknik pengambilan sampel, analisis sampel
dan hubungan dosis-respon.
3. Dampak Terhadap
Manusia Akibat Tercemar oleh Logam Berat
Cadmium (Cd).
Oksida dari kadmium adalah logam yang toksisitasnya tinggi. Sebagian
besar kontaminasi oleh kadmium pada manusia melalui makanan dan rokok. Waktu
paruh kadmium kira-kira 10-30 tahun. Akumulasi pada ginjal dan hati 10-100 kali
konsentrasi pada jaringan yang lain.
Logam cadmium dalam tubuh manusia terutama akan dieleminasi melalui
urine. Hanya sedikit kadmium yang diabsorbsi yaitu sekitar 5-10%. Absorbsi
dipengaruhi factor diet sep erti intake protein, calcium, vitamin D dan trace
logam seperti seng (Zn). Proporsi yang besar adalah absorbsi malalui pernafasan
yaitu antara 10-40% tergantung keadaan fisik wilayah Uap kadmium sangat toksis
dengan lethal dose melalui pernafasan diperkirakan 10 menit terpapar sampai
dengan 190 mg/m3 atau sekitar 8 mg/m3 selama 240 menit akan dapat menimbulkan
kematian. Gejala umum keracunan Cd adalah sakit di dada, nafas sesak
(pendek), batuk-batuk dan lemah.
Paparan akut oleh kadmium (Cd) akan menyebabkan gejala nausea (mual), muntah,
diare, kram, otot, anemia, dermatitis, pertumbuhan lambat, kerusakan ginjal dan
hati, gangguan kardiovaskuler, empisema dan degenerasi testicular (Ragan &
Mast 1990).
Dosis mematikan (lethal dose) secara akut diperkirakan sekitar 500 mg/kg untuk
dewasa dan efek dosis akan nampak jika terabsorbsi 0,043 mg/kg per hari (Ware,
1989)
Gejala akut akibat
keracunan Cd (cadmium).
Gejala akut :
o Sesak dada, kerongkongan kering dan dada terasa sesak
(constriction of chest ), nafas pendek, nafas terengah-engah , distress dan
bisa berkembang ke arah penyakit radang paru-paru. diserta sakit kepala dan
menggigil kemungkinan .dapat diikuti kematian.
Gejala kronis:
o Nafas pendek, kemampuan mencium bau menurun., berat badan
menurun dan gigi terasa ngilu serta berwarna kuning keemasan.
Selain menyerang pernafasan dan gigi, keracunan yang bersifat kronis menyerang
juga saluran pencernaan, ginjal, hati dan tulang.